12 Aug Seni Memahat Pantak Kearifan Lokal Masyarakat Dayak
Pantak adalah patung yang dikenal luas di kalangan masyarakat adat Dayak. Pembuatan pantak sangatlah sulit dan tidak semua orang memiliki kemampuan untuk mengukir kayu menjadi patung atau pantak yang sarat dengan seni dan simbolisme Dayak. Hanya mereka yang memiliki kepiawaian khusus dalam mengolah kayu yang dapat menghasilkan pantak berkualitas tinggi.
Pantak memiliki makna mendalam dan diakui oleh masyarakat adat Dayak sebagai benda keramat atau “kramat padagi”. Namun, tidak semua pantak dapat dianggap keramat. Hanya pantak yang dibuat dari kayu keras seperti Belian dan melalui proses ritual adat yang bisa menjadi keramat padagi.
Untuk menjaga dan melestarikan seni memahat ini, sering diadakan perlombaan pembuatan pantak pada acara Gawai Dayak tingkat kabupaten dan kota. Perlombaan ini bertujuan untuk memperkenalkan seni memahat kepada generasi muda dan mendorong mereka untuk belajar dan mengembangkan keterampilan ini. Dengan demikian, adat dan budaya Dayak dapat terus dijaga dan diwariskan kepada generasi berikutnya.
“Seni memahat adalah bagian penting dari identitas kita sebagai orang Dayak. Melalui perlombaan ini, kita berharap generasi muda tidak hanya mengenal tetapi juga mau menekuni dan melestarikan seni memahat ini,” ujar sang tokoh masyarakat adat Dayak yang berdedikasi pada seni memahat.
Seni memahat pantak bukan hanya sekadar keterampilan teknis, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai budaya dan spiritual yang mendalam. Setiap ukiran dan simbol yang dihasilkan memiliki cerita dan filosofi yang diwariskan dari generasi ke generasi. Proses pembuatan pantak dimulai dengan pemilihan kayu yang tepat, biasanya kayu keras seperti Belian, yang kemudian diukir dengan teliti melalui berbagai tahapan yang melibatkan doa dan ritual adat.
Pantak yang dihasilkan tidak hanya berfungsi sebagai karya seni, tetapi juga sebagai simbol kekuatan spiritual dan identitas budaya. Bagi masyarakat adat Dayak, pantak yang diakui sebagai keramat padagi dipercaya memiliki kekuatan untuk melindungi komunitas dan membawa berkah. Ritual-ritual adat yang menyertai pembuatan pantak ini menjadikan setiap patung bukan hanya sekadar benda mati, tetapi sebagai entitas yang hidup dan sakral.
Tokoh masyarakat adat Dayak yang menekuni seni memahat ini telah menjadi inspirasi bagi banyak orang. Kepiawaiannya dalam mengolah kayu menjadi patung atau pantak yang penuh dengan nilai estetika dan makna mendalam menjadikannya sebagai penjaga tradisi dan budaya Dayak. Ia juga aktif mengajarkan keterampilan ini kepada generasi muda melalui berbagai pelatihan dan lokakarya.
“Mengukir pantak adalah cara saya berkomunikasi dengan leluhur dan alam. Setiap pahatan adalah doa dan harapan yang dituangkan dalam bentuk seni,” katanya. Ia berharap, melalui upayanya, seni memahat pantak akan terus hidup dan berkembang di tengah perubahan zaman.
Perlombaan pembuatan pantak yang digelar dalam acara Gawai Dayak tidak hanya menjadi ajang unjuk keterampilan, tetapi juga sebagai sarana untuk mempererat tali silaturahmi antar komunitas dan memperkokoh identitas budaya Dayak. Dengan adanya perlombaan ini, seni memahat pantak diharapkan tetap menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Dayak dan terus diwariskan kepada generasi berikutnya.
Melalui dedikasi dan komitmennya, tokoh masyarakat adat Dayak ini telah menunjukkan bahwa seni memahat pantak bukan hanya tentang menciptakan benda yang indah, tetapi juga tentang menjaga dan merawat warisan budaya yang berharga. Seni memahat pantak adalah cerminan dari jiwa dan identitas masyarakat Dayak yang kaya akan tradisi dan nilai-nilai luhur.
Penulis:Vinsensius Paul
Desain dan Editor : Tim Media Kampanye Dan Informasi Teraju Foundation
Bung Tomo
Posted at 14:22h, 12 AugustTop